SMRFOLKS.id – Pulau Sebatik, yang memiliki keunikan geografis karena terbagi antara dua negara, Indonesia dan Malaysia, kini tengah menghadapi dilema serius terkait harga beras.
Warga di bagian Indonesia pulau ini lebih memilih membeli beras dari Malaysia karena harganya yang jauh lebih murah dibandingkan beras lokal.
Produksi beras, yang menjadi makanan pokok bagi mayoritas penduduk Asia, termasuk di Pulau Sebatik, mengalami kendala yang membuat harga beras lokal melonjak tinggi.
Kondisi ini berdampak signifikan pada masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah.
Zainal Zarif, salah seorang pemuda asal Pulau Sebatik, mengungkapkan keprihatinannya.
Ia mendesak Pemerintah Kabupaten Nunukan untuk segera mengambil langkah konkret guna mengatasi masalah ini.
“Seharusnya Pemerintah Kabupaten Nunukan mengambil langkah solutif yang tidak membebani masyarakat,” ujarnya.
Zainal menambahkan bahwa diperlukan adanya pertemuan antara pemerintah daerah dan masyarakat Sebatik untuk mencari solusi bersama.
“Pertemuan ini diharapkan dapat menghasilkan kebijakan yang menguntungkan semua pihak, khususnya masyarakat yang kini terhimpit oleh harga beras yang mahal,” lanjutnya.
Transaksi menggunakan dua mata uang, Rupiah dan Ringgit, masih umum terjadi di kawasan perbatasan ini, menambah kompleksitas masalah yang dihadapi oleh warga Sebatik.
Dengan harga beras Malaysia yang lebih terjangkau, banyak warga yang memilih untuk membelinya, meskipun harus melewati berbagai kendala perbatasan.
Dalam situasi yang serba sulit ini, perhatian dan aksi cepat dari pemerintah diharapkan dapat mengurangi beban masyarakat Sebatik dan memastikan ketersediaan beras dengan harga yang lebih terjangkau.
Langkah-langkah strategis diperlukan untuk menjaga ketahanan pangan dan kesejahteraan warga di wilayah perbatasan ini.