Samarinda, SMRFOLKS.id – Pembangunan Teras Samarinda tahap I di Jalan Gajah Mada telah selesai dan kini menjadi fasilitas umum yang dinikmati masyarakat. Namun, di balik kemegahan proyek tersebut, tersimpan kisah pilu para pekerja yang hak-haknya masih belum terpenuhi.
Puluhan pekerja yang terlibat dalam proyek ini belum menerima upah mereka selama berbulan-bulan.
Hingga saat ini, perusahaan masih belum menunjukkan tanda-tanda untuk segera membayarkan hak para pekerja yang telah berjuang keras untuk menyelesaikan proyek ini.
Keindahan Teras Samarinda tampaknya menyimpan cerita pahit di baliknya, mengingat nasib para pekerja yang masih harus menanti kejelasan akan hak-hak mereka.
Persoalan yang dihadapi para pekerja Teras Samarinda berujung pada aksi demonstrasi di depan Kantor Balai Kota Samarinda pada Kamis (7/11/2024).
Aksi ini diikuti oleh perwakilan pekerja yang didampingi oleh Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Samarinda.
Para demonstran mendesak pemerintah kota untuk segera menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi. Mereka berharap agar pemerintah dapat menindaklanjuti tuntutan tersebut demi memperbaiki kondisi para pekerja yang terdampak.
Ruli, salah satu perkerja yang hingga kini belum mendapatkan haknya turut menyampaikan keluh kesahnya dengan suara yang nyaris putus asa.
“Kami terus dipaksa bekerja, tapi gaji yang dijanjikan tak kunjung datang. Kami hanya ingin mendapatkan hak kami,” ungkapnya.
Dengan air mata menahan getir, ia pun bercerita bahwa dampak dari kejadian ini merembet ke ranah pribadi. Ia sendiri harus merelakan anaknya putus sekolah karena tak lagi mampu membiayai pendidikan.
Dampak dari penundaan pembayaran ini terasa menyakitkan, tak hanya bagi dirinya tetapi juga bagi banyak pekerja lainnya.
Beberapa pekerja bahkan mengalami kehancuran rumah tangga dan kesulitan finansial lainnya. Mereka yang berasal dari luar daerah harus kembali ke kampung halaman dengan tangan kosong.
Langkah hukum telah ditempuh, namun mereka merasa upaya ini pun tak membawa hasil.
Pihak Disnaker hingga saat ini dianggap tak menindaklanjuti laporan tersebut, sementara surat anjuran penyelesaian hak dari Disnaker seolah menguap begitu saja.
“Harapan kami hanya satu, kepada Pemerintah Kota Samarinda dan kepada Wali Kota tercinta, kami memohon agar hak kami segera diberikan. Kami hanya ingin kehidupan yang layak untuk keluarga kami, untuk anak-anak kami,” pintanya penuh harap.